SEMOGA BLOG INI BISA MENAMBAH IMAN DAN KETAQWAAN KITA KEPADA ALLAH.SWT....amin

Rabu, 20 Maret 2013

PAKU DAN PAGAR BAMBU

 Dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah,di tempat kerja, dijalan,di tempat-tempat umum, sering kali kita dihadapkan pada situasi dan persoalan sepele yang kadang memancing emosi dan marah. Kadang hanya untuk menunjukan wibawa dan kekuasaanya,atau bahkan sekedar melampiaskan  kekesalannya seseorang  dengan mudahnya  mengumpat dan mengumbar kemarahan kepada orang lain.
  Memang marah adalah hal yang manusiawi,sama seperti perasaan sedih dan perasaan gembira  yang dapat dirasakan oleh semua orang.Namun harus kita ketahui,bahwa marah adalah energi emosi terburuk yang ada pada diri kita sehingga bila kita tidak mampu mengelola dan mengendalikannya dengan baik,maka kemarahan akan menimbulkan ekspresi dan tindakan-tindakan negatif yang bukan saja merugikan dan menyakiti orang lain tetapi juga akan merugikan diri kita sendiri baik dari sisi kesehatan fisik maupun mental,bahkan dapat merusak keharmonisan hubungan kita dengan orang lain.Sebelum kita memutuskan untuk marah dan menyesal setelahnya, berikut ada satu kisah yang mungkin dapat kita petik sebagai bahan renungan.Suatu ketika ada seorang pemuda yang memiliki sifat pemarah,ia mudah sekali emosi dan terpancing kemarahannya hanya karena hal kecil dan sepele.Baginya marah seolah-olah telah menjadi hobi dan kebiasaan sehari-hari.Bahkan kerena sifatnya itulah ia digelari"Si Pemarah" atau Si Pemberang". Lambat laun ia mulai dijauhi teman-temannya,bahkan keluarganya sendiri merasa tertekan dan ketakutan bila ia ada di rumah. Ia mulai menyadari bahwa sifat dan perangainya yang pemarah tidak disukai oleh orang-orang di sekelilingnya,namun ia tidak tahu harus bagaimana dan memulai dari mana ia akan merubah dan mengendalikan sifat dan perangainya yang pemarah,tak ada seorangpun yang mau memberikan nasihat dan bimbingannya,karena mereka juga takut dan tidak ingin mendekatinya.
  Suatu saat sang pemuda mendatangi rumah seorang guru bijak untun meminta nasihat agar sifat dan perangainya yang pemarah dapat berubah.Berkata si Pemuda kepada Sang Guru Bijak.Wahai guru bijak,maukah engkau memberikan nasihat dan petunjuk agar kebiasaan buruk saya yang suka marah-marah bisa berubah?". Dengan rasa kasihan Sang Guru Bijakpun akhirnya memberikan resep nasihat dan petunjuk yang harus dilakukan oleh si pemuda agar kebiasaanya untuk marah-marah menjadi sembuh.Oleh Sang Guru Bijak diberikannya si Pemuda sebuah palu besi dan limapuluh buah paku.
   Si Pemuda tampak kebingungan sambil bertanya dalam hatinya,untuk apa palu dan paku ini diberikan kepada saya guru?Bukankah hal ini dapat membahayakan?.
   Sambil memberikan palu dan paku kepada Si Pemuda Sang guru bijak berkata : Wahai pemuda,asalkan engkau mau megikuti nasihat dan petunjukku,aku berikan palu dan paku ini sebagai obat untuk mengurangi sifat marahmu "Dengan cara bagaimana aku mnggunakan palu dan paku ini untuk meredam rasa marahku guru?",tanya si Pemuda. Sang gurupun memberikan petunjuk; Selama kau tinggal dirumah guru,setiap kali muncul rasa marah dalam diri kamu tancapkanlah satu batang paku pada pagar bambu yang ada di belakang rumah guru,dan setiap kali telah reda amarahmu cabutlah batang paku itu untuk kau simpan,begitu seterusnya sampai ke 50 batang paku ini habis tertancap di pagar bambu di tempat yang berlainan.Hari demi hari Si Pemuda dengan penuh kedisiplinan dan konsisten mengikuti petunjuk dan nasihat sang guru.Setiap kali timbul rasa marah dalam dirinya karena sesuatu hal,iapun langsung menuju pagar bambu di belakang rumah guru untuk menancapkan paku,dan setiap kali amarahnya telah reda kembali,maka si pemuda segera mencabut paku tersebut untuk disimpan.Setelah beberapa hari berlalu,dan beberapa batang paku telah banyak ditancapkan dipagar bambu sang guru,Si pemudapun kini mulai merasakan emosi dan rasa marahnya yang biasanya meledak-ledak kini mulai berkurang dan ia mulai dapat mengendalikan emosinya setiap kali ada perasaan ingin marah.
   Akhirnya pada hari ke 7 dan tepat pada hitungan batang paku yang ke 50 Si Pemuda merasa sifat pemarahnya kini telah sembuh. Ia pun menceritakan kepada sang guru perihal perkembangan kondisinya yang sekarang.
    Wahai Guru,setelah saya mengikuti nasihat dan petunjuk guru,sekarang saya merasakan bahwa sifat pemarah saya telah sembuh.Sekarang saya dapat merasakan kelapangan hati,kesabaran dan kemampuan mengendalikan emosi dan rasa marah saya dengan baik.
     Dengan tenang sang guru mengajak si pemuda untuk melihat pagar bambu yang ada di belakang rumahnya  sambil bertanya,wahai pemuda,apa yang kau lihat di sepanjang batang pagar bambu itu.Sang pemuda dengan hati-hati menjawab:"saya melihat deretan lubang bekas paku yang saya tancapkan beberapa hari yang lalu setiap kali  saya marah.Lalu sang guru bijak berkata.betul pemuda,itulah deretan luka bekas kemarahanmu yang kau lampiaskan pada batang pagar bambu yang mungkin sulit untuk di perbaiki lagi,begitu juga ketika engkkau lampiaskan kemarahanmu pada orang-orang di sekeliling kamu.
     Mungkin saja dalam waktu beberapa saat engkau dapat menghilangkan kemrahanmu setelah engkau lampiaskan,namun luka orang lain bekas pelampiasan kemarahanmu akan sulit sembuh dalam waktu yang cukup lama.
    Agar tidak harus menyakiti dan melukai orang lain karena kemarahan kita,ada baiknya ketika kita menghadapi suatu masalah untuk tidak mendahulukan rasa marah,dahulukan dengan melihat akar permasalahn dan mencari alternatif solosi atas permasalahan tersebut. bila permasalahan tersebut dapat di selesaikan tanpa harus dengan marah,maka kita tidak perlu marah untuk menyelesaikannya,kerean sesuatu yang dimulai dengan rasa marah,maka akan berakhir dengan rasa malu.
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar